Dari berbagai sumber pengembang, terungkap bahwa tren properti yang diminati oleh konsumen milenial melibatkan pertimbangan harga, lokasi, skema pembayaran, dan aspek kesehatan. Berikut adalah poin-poin utama dari tren properti milenial:
- Pertimbangan Harga Terjangkau: Dikarenakan umumnya konsumen milenial mencari rumah pertama sebagai kebutuhan dasar, harga yang terjangkau menjadi faktor utama. Range harga yang paling diminati berkisar antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar.
- Lokasi Strategis dan Terintegrasi: Lokasi menjadi pertimbangan penting, harus strategis dan mendukung mobilitas. Ketersediaan transportasi umum yang dekat atau terintegrasi dianggap efisien untuk mengurangi biaya transportasi dan biaya hidup. Beberapa pengembang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menggenjot pembangunan properti dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang terintegrasi dengan moda transportasi terbaru seperti LRT.
- Skema Pembayaran Digital: Skema pembayaran turut menjadi pertimbangan, terutama dengan kemudahan fasilitas pembayaran digital. Konsumen milenial cenderung mencari pola pembayaran yang fleksibel, administrasi yang sederhana dan cepat, serta proses berbasis digital.
- Fokus pada Kesehatan: Aspek kesehatan menjadi perhatian utama, terutama setelah pengalaman pandemi. Produk properti saat ini diharapkan menitikberatkan pada kesehatan, baik dari segi desain kawasan, fasilitas, bangunan, hingga iklim kawasan yang mendukung produktivitas. Rumah tinggal dipandang sebagai tempat yang paling aman dan nyaman untuk dihuni. Oleh karena itu, properti dengan open space atau area hijau, yang sering disebut sebagai “green development,” semakin diminati oleh konsumen milenial.
Dengan memahami dan menyesuaikan produk properti dengan preferensi ini, pengembang diharapkan dapat lebih berhasil menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan konsumen milenial di pasar properti.