Pasar properti Indonesia menghadapi dinamika menarik menjelang akhir tahun. Harga rumah, khususnya yang bersifat primer dan sekunder (seken), cenderung mengalami kenaikan meskipun proses kontraksi diprediksi akan berlangsung dengan ringan. Sebuah gambaran mengenai kondisi ini menjadi sorotan penting, terutama dalam konteks tahun politik dan pasca-masa pandemi.
Kenaikan Harga Rumah Seken
Berdasarkan indeks harga rumah seken yang dipublikasikan oleh platform properti 99.co Indonesia dan Rumah123.com, kenaikan harga rumah seken dapat diidentifikasi di sejumlah kota utama. Antara Oktober 2022 hingga Oktober 2023, rata-rata harga rumah seken meningkat sekitar 2,5 persen. Tiga kota yang mencatat pertumbuhan tertinggi di atas angka inflasi tahunan adalah Makassar (7,5 persen), Denpasar (6,7 persen), dan Medan (5,9 persen).
Di wilayah Jabodetabek, Bekasi menjadi sorotan dengan pertumbuhan harga tahunan tertinggi mencapai 4,8 persen. Sementara itu, Tangerang, Bogor, Depok, dan Jakarta juga mencatat kenaikan masing-masing sebesar 3,4 persen, 3,3 persen, 3,1 persen, dan 1,9 persen. Di luar Jabodetabek, Semarang menonjol dengan kenaikan harga tahunan sebesar 3,3 persen, mengungguli dua kota lainnya, Surakarta (3 persen) dan Surabaya (2,5 persen).
Kenaikan Harga Rumah Primer
Pasar primer juga mengalami kenaikan harga, sebagaimana tercatat dalam Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia. Triwulan III (Juli-Oktober) 2023 menunjukkan pertumbuhan indeks Harga Properti Residensial (IHPR) sebesar 1,96 persen secara tahunan, mengungguli pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,92 persen.
Meskipun prediksi mengenai kontraksi di pasar properti pada tahun politik, terutama pasca-pandemi, tetap ada, namun kenaikan harga yang terlihat menunjukkan ketahanan pasar yang menggembirakan. Seiring dengan dinamika politik dan kondisi ekonomi yang terus berubah, pasar properti Indonesia terus menjadi arena yang menarik untuk dipantau.